Sabtu, 28 Januari 2012

karnaq ingin bersujud di jalanmu

Karnaku Ingin Bersujud di Jalan-Mu

Kini semua telah berlalu,senyum gelak tawa dan segala tingkah polah yang dahulu menjadi suatu kewajiban dalam diriku telah sirna,seulas senyum penuh arti di jauh sana menanti, ku tak mengerti apa arti senyuman itu. Meraba – raba apa yang akan terjadi di kemudian hari. Senja ini kutermenung,melamun sembari mendengarkan sayup – sayup nyanyian alqur'an yang dinyanyikan gadis berhati malaikat yang ada di sebuah pondok dimana aku tinggal.tak pernah terfikir olehku,di hidupku yang sempit ini dapat bertemu seorang yang ulet.seorang yang menjadi pencerah dalam setiap gerak langkah gemulai tubuh yang tak berharga ini.
Sayup – sayup suara merdu itu semakin lama tak terdengar berganti suara azan yang sangat menggetarkan hati,segera ku ambil wudhu untuk mengikuti sholat jama'ah rutin yang selalu kami lakukan setiap kala ada kesempatan.
Selalu senyum itu yang kujumpai tatkala aku bertemu biduan alqur'an ini, senyum yang selalu menyejukkan hati,senyum yang dapat membuwat mendung menjadi sinar, bangkai menjadi bunga, asam menjadi manis dan mati menjadi hidup.
“ Sudah makan mbak?” sembari ku berikan buku yang kemarin ku pinjam ketika mbak Annisa telah terjaga dalam tidunya. “ Maaf mbak kemarin pagi – pagi sekali aku mengganggu istirahatnya sampean”. Lagi – lagi hanya senyum bidadari itu yang ku dapat. “ Oiya mbak setelah sholat magrib tadi mbak memakai wirid apa?rasanya aku ngak pernh mendengarnya?” ku tatap wajah itu sekali lagi memastikan senyum itu akan selalu ada “ Itu wirid yang di ajarkan guru mbak waktu mengaji di musholla, isinya indah” senyum bidadari itu selalu menyertai di setiap tutur halus kata mbak Annisa.
“ Mbak...” Antara iya dan tidak aku melanjutkan pertanyaanku “ Dhalem, ada apa?” suara itu menggerakkan hatiku dan fikiranku untuk melanjutkan pertanyaan “ Mbak, terus terang aku sangat kagum dengan mbak Annisa,aku pengen menjadi bayangan mbak. Ajari aku mbak!” setengah memohon ku katakan kalimat itu. Lama Mbak Annisa terdiam,menerawang entah di bagian dunia manakah saat ini hati dan pikirannya telah berlayar.
“ Ini sebuah perjuangan,dimana dalam pengarungan samudra itu selalu ada badai yang menerjang,angin kencang bahkan gulungan ombak cantik yang bisa memusnahkan semuanya. Annisa yang dulu sangat berbeda dengan yang adik tau sekarang,ini semua adalah sebuah perjuangan hati malaikat yang berperang melawan syetan. Hati ini gelap tertutup dengan syetan,tatkala waktu itu tubuh ini menjadi bermuka dua. Ketika waktu itu aku di penjara dalam sangkar emas,ku mengikuti apa yang di katakan pencipta kesejahteraan tapi ketika ku terbebas tak pernah ku hiraukan apapun yang di ucapkanx.” tak mengerti apa yang di ktakan mbak Annisa.tak paham rasanya menelan apa yang barusan di ktakannya, “ adik ngak paham?” senyum semanis madu itu kujumpai kembali,kugelengkan kepalaku,mbak Annisa tersenyum “ yang adik tau,mbak sekarang seperti apa?” pertanyaan itu sungguh sangat membuatku terheran – heran,arah mana yang akan di tuju dalam pembicaraan ini. “ yang aku tau,mbak itu mendekati sempurna,ibarat ada badai,tak kan ada orang yang binggung tatkala melihat senyumnya mbak.” kalimat ini jujur ku ungkapkan dari dalam hatiku yang sangat dalam. “ Mbak dulu pernah remaja dik,masa remaja itu sangat menyedihkan.bayak hura – hura dan foya – foya yang mbak lakuin,sampai – sampai Astagfirullah...” mbak Annisa meneteskan air mata. “ Sudah mbak,kalau itu membuwat mbak sedih,lebih baik tidak di teruskan”. Mbak Anissa tersenyum lalu melanjutkan ceritanya “ Astgfirullah...adik jangan ikuti keburukan mbak iya, sebenarnya mbak malu kalau harus bercerita ke adik,tapi adik sudah berlebihan menilai mbak sebagai manusia,semua manusia di dunia ini tak ada yang sempurna,mendekati sempurna pun tidak.





ultahnya adikq "Ahmad Adhil Azmi"